Sabtu, 19 November 2011
TANAH AIR BETA
Kisah saat berpisahnya Timor-Timur dengan Indonesia pada tahun 1999 dengan balutan nuansa politis, membuat film Tanah Air Beta mengangkat tema dengan kisah sebuah keluarga yang terpisah akibat perpisahan Timor-Timur dari Indonesia tersebut. Tanah Air Beta mencoba mengangkat kembali kehidupan sosial pada masa itu. Mengetengahkan kecintaan pada tanah air Indonesia, walau harus tercerai berai dengan keluarga. Tentunya, film yang akan mengangkat rasa nasionalis ini mempunyai syarat pesan yang disampaikan. Di film ini akan dilihatkan bagaimana begitu susahnya mendapatkan air apalagi pendidikan, hanya yang punya uang yang bisa mengenyam bangku sekolah dengan layak. Jika tidak, hanya bisa sekolah di sekolah darurat. Berikut synopsis dari film Tanah Air Beta .
Sebuah keluarga yang harmonis tiba-tiba saja harus rela berpisah diantara keluarganya. Dua kakak beradik yang saling menyayangi terpaksa harus hidup dalam kondisi dan lokasi yang berbeda. Merry (10 th) harus tingal berdua saja dengan ibunya Tatiana (29 th) di sebuah pengungsian di Kupang, NTT. Sedangkan kakak laki-lakinya, Mauro (12 th) tinggal bersama pamannya di Timur Leste.
Hal tersebut terjadi ketika Timor-Timur berpisah dari Indonesia. Karena kepentingan yang sangat tidak mereka mengerti tersebut, mereka harus merelakan keluarganya. Dalam menjalani kehidupan, Tatiana dan Merry hidup di sebuah kamp pengungsian bersama ratusan ribu pengungsi lainnya. Tatiana mengajar di sekolah darurat dalam kamp tersebut. Merry juga bersekolah di tempat itu bersama Carlo, seorang anak laki-laki yang sangat jahil dan suka mengganggu Merry, karena Carlo sangat menginginkan untuk mempunyai seorang adik dan merasakan kembali cinta kasih dari keluarga.
Kehidupan yang sangat berat di sebuah kamp pengugsian dan di tengah ketidakpastian akan keberadaan anak laki-lakinya, tidak membuat Tatiana menjadi lemah. Kerinduan Merry akan kakaknya dan penderitaan yang begitu mendalam dari sang ibu menjadikan Merry, anak perempuan yang cerdas dan nekad.
Suatu hari Tatiana mendapatkan informasi dari seorang petugas relawan di perbatasan (Mato ‘ain, Atambua) bahwa ada kemungkinan ia bisa bertemu anak laki-lakinya. Mendengar hal tersebut Tatiana, Merry dan bersama tetangganya Abu Bakar akhirnya memutuskan untuk mencari Mauro demi berkumpul kembali dirinya bersama kedua anaknya. kisah perjalanan mereka pun dimulai menuju Timor Leste dengan berbagai rintangan dan hambatan. Perjalanan mereka mengalami suka-duka hingga sampailah di perbatasan. Dan akhirnya di Jembatan Mota’ain yang juga disebut Jembatan Tangis itu menjadi saksi pertemuan Merry dengan kakak laki-laki yang telah lama dirindukannya, dan juga reuni keluarga Tatiana secara lengkap. Dan mereka pun hidup bahagia .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar